Buku ini mengangkat sebuah fenomena keagamaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, yakni Budaya Waqi’ahan amalan membaca Surah Al-Waqi’ah secara rutin, yang diyakini membawa keberkahan dan melapangkan rezeki. Melalui pendekatan multidisipliner, buku ini tidak hanya memotret praktik keagamaan tersebut sebagai bentuk kesalehan spiritual, tetapi juga menelusuri akar, otentisitas, dan makna sosialnya. Bab awal menyuguhkan pemaparan tentang budaya waqi’ahan sebagai bentuk living hadis, yaitu bagaimana teks-teks hadis tidak hanya dimaknai secara normatif, tetapi dihidupkan dalam realitas keseharian. Selanjutnya, pembaca akan diajak menelusuri takhrīj dan kritik hadis terkait keutamaan membaca Surah Al-Waqi’ah sebagai amalan penarik rezeki sebuah kajian penting untuk mengukur validitas sumber teologis yang mendasari budaya ini. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi Edmund Husserl, buku ini menyajikan pemahaman mendalam tentang pengalaman religius pelaku waqi’ahan. Melalui deskripsi intensionalitas dan kesadaran subyektif pelaku, terungkap bahwa waqi’ahan bukan sekadar rutinitas membaca, tetapi juga ekspresi harapan, ketenangan, dan koneksi spiritual kepada Ilahi. Pada bagian lain, buku ini menyuguhkan analisis tentang hubungan antara hadis dan praktik waqi’ahan bagaimana teks hadis ditafsirkan secara fungsional dalam praktik lokal masyarakat. Akhirnya, budaya ini juga dikaji dari sudut pandang konstruksi sosial, memperlihatkan bagaimana budaya waqi’ahan dibentuk, diwariskan, dan dimaknai secara kolektif dalam komunitas pesantren maupun masyarakat Muslim pedesaan. BUDAYA WAQI’AHAN: Menyulam Doa, Menjemput Rezeki merupakan kontribusi penting bagi kajian hadis, kajian Islam kontekstual, dan sosiologi agama. Buku ini menawarkan refleksi mendalam atas dinamika antara teks dan realitas, antara keyakinan dan budaya, antara doa dan rezeki.