“Sang Pecinta Cinta: Sepi yang Mengajarkanku Arti Kasih” adalah novel reflektif dan spiritual yang menelusuri perjalanan jiwa seorang lelaki sederhana—seorang guru, seorang pemimpi, dan seorang pencinta—yang belajar mencintai dalam diam, berharap dalam sepi, dan menemukan makna kasih dalam setiap luka yang dititipkan takdir.
Lewat serangkaian bab yang sarat akan renungan dan kejujuran hati, kisah ini membawa pembaca masuk ke dalam labirin batin tokoh utama yang mengukir penantian cinta dalam sunyi. Ia tidak hanya menunggu seorang wanita yang ia cintai diam-diam, tapi juga menunggu perkenan langit untuk merestui sebuah pertemuan yang suci.
Dalam kesendirian dan keterbatasan, ia terus menulis, berdoa, dan menjaga hati. Saat hujan takdir menimpa, muncul sosok Isani—simbol kekuatan perempuan Bugis—yang juga menjalani perjalanan penuh luka menuju cinta yang hakiki. Kisah mereka bertaut dalam keheningan yang Allah tuliskan dengan indah: dari pengusiran menjadi pengangkatan, dari keheningan menjadi nyanyian kasih.
Saat hari pernikahan tiba, air mata menjadi saksi bahwa cinta sejati bukan tentang seberapa cepat bertemu, tapi seberapa kuat bertahan dalam iman. Kehidupan setelah pernikahan tidak lantas menjadi akhir dari pencarian, tapi awal dari perjuangan membangun keluarga sakinah—dengan hadirnya buah hati yang mereka sebut “Nirwana Cinta”.
Novel ini adalah puisi panjang tentang cinta, kesabaran, dan pengharapan. Ia bukan dongeng yang selalu manis, tapi kisah nyata tentang manusia yang jatuh dan bangkit, yang patah dan sembuh, yang mencintai bukan untuk memiliki, melainkan untuk menemani dalam menuju ridha Ilahi.
Sebuah buku untuk jiwa-jiwa yang sedang menunggu, mencintai, atau mungkin kehilangan. Karena dalam sepi yang paling sunyi, Allah sering kali berbisik paling lembut.