Buku ini mengupas dengan tajam dan mendalam makna gereja sebagai komunitas iman yang hidup, berpijak pada konsep ekklesia dalam Perjanjian Baru. Gereja digambarkan sebagai tubuh Kristus, keluarga Allah, dan bait Allah—metafora yang menggarisbawahi panggilan gereja sebagai ruang persekutuan, tempat transformasi hidup, dan wadah penggenapan misi Allah di dunia. Dalam konteks dunia modern yang ditandai oleh individualisme, pluralisme, dan konsumerisme, buku ini menyajikan refleksi teologis sekaligus aplikatif.
Gereja diajak untuk melampaui sekadar institusi keagamaan dan menjadi ruang bersama yang inklusif, di mana kasih, persatuan, dan keadilan diwujudkan secara nyata. Konsep pelayanan bersama dan tanggung jawab sosial dijelaskan secara mendalam, memberikan panduan praktis bagi gereja untuk merangkul keragaman, memberdayakan setiap anggota, dan menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
Ditulis dengan gaya akademis yang mudah dipahami, Gereja Sebagai Ruang Bersama menawarkan wawasan segar tentang bagaimana gereja dapat tetap setia pada akar teologisnya sambil menjawab tantangan zaman. Buku ini menginspirasi pemimpin gereja, jemaat, dan setiap orang percaya untuk memahami kembali hakikat gereja dan menghidupinya sebagai komunitas yang dinamis, transformatif, dan relevan di tengah dunia yang terus berubah.