Novel “Mata Dua” menggambarkan perjalanan penuh tantangan dan refleksi dalam menghadapi dua isu besar abad ini: perubahan iklim dan ketidaksetaraan sosial, di tengah perkembangan pesat teknologi Industri 4.0. Dengan latar belakang krisis global yang semakin kompleks, novel ini menggali bagaimana masyarakat modern, baik sebagai individu maupun kolektif, harus berjuang untuk mencari keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan membangun solidaritas sosial yang kuat.
Tokoh utama, Ilham, seorang akademisi muda yang idealis, berada di persimpangan dalam kehidupannya ketika ia mulai melihat realitas di sekitarnya. Ilham menyadari bahwa kemajuan teknologi menawarkan banyak solusi untuk mengatasi perubahan iklim dan masalah sosial. Namun, di sisi lain, ia juga memahami bahwa kemajuan ini sering kali hanya dinikmati oleh segelintir orang, sementara sebagian besar masyarakat tetap terpinggirkan. Mata Dua menjadi metafora dari pandangan Ilham terhadap kehidupan: ia melihat dunia dengan dua cara—sebagai peluang melalui teknologi dan tantangan yang harus diatasi dengan empati dan kerja sama. Ilham mengajar di sebuah universitas kecil di daerah pedesaan, di mana teknologi masih dianggap sebagai sesuatu yang jauh dan mahal. Bersama Aisyah, seorang aktivis sosial yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat, mereka sering kali berselisih pandang. Bagi Ilham, teknologi dapat menjadi solusi utama untuk menyelesaikan masalah. Namun, Aisyah menekankan bahwa teknologi tidak dapat berdiri sendiri. Bagi Aisyah, teknologi tanpa kesadaran sosial justru dapat memperdalam ketidaksetaraan. Pandangan ini menjadi konflik utama di antara keduanya, yang pada akhirnya memperkaya pemikiran mereka akan bagaimana dunia harus dihadapi.
Perjalanan Ilham dan Aisyah menjadi simbol dari perjalanan kita semua dalam menghadapi tantangan global ini. Melalui kisah ini, pembaca diajak untuk merenungkan dua sisi dari tantangan dan peluang yang ada di era Industri 4.0. Apakah teknologi dapat menyelamatkan kita? Atau apakah tindakan kolektif yang lebih penting? Novel ini memicu diskusi penting tentang bagaimana teknologi dapat menjadi alat yang kuat untuk perubahan, namun hanya jika kita menggunakannya dengan bijak dan dengan kesadaran akan dampak sosial yang lebih luas.
Novel “Mata Dua” pada akhirnya memberikan pesan bahwa solusi terhadap krisis global ini tidak dapat dicapai dengan satu cara saja. Kita tidak dapat hanya mengandalkan teknologi tanpa memperhitungkan dampak sosial dan kemanusiaan. Keseimbangan antara teknologi dan kolaborasi sosial adalah kunci untuk mengatasi tantangan yang ada. Ilham dan Aisyah menjadi contoh bagaimana dua perspektif yang berbeda bisa disatukan untuk menghasilkan solusi yang lebih holistik.
Selamat membaca, dan semoga kisah ini membawa inspirasi dan harapan di tengah tantangan yang kita hadapi bersama.