Nama : Erzaldi Rosman Djohan
Judul : Meniti Kerikil, Mendaki Bukit
Penerbit : KBM Indonesia
“Meniti Kerikil, Mendaki Bukit” jika dipahami secara mendalam ada makna yang tersirat; bahwa kerikil-kerikil kecil menjadi tantangan dalam setiap perjalanan, yang kadang bisa menjatuhkan seseorang. Untuk menghindarinya perlu kehati-hatian, kecermatan dan indera yang tajam agar tak membahayakan setiap orang. Tetapi kerikil-kerikil itu juga akan bernilai manfaat bila melebur menjadi satu dan akan menjadi kekuatan baru. Contohnya gedung pencakar langit berdiri kokoh karena kerikil-kerikil yang menyatu dalam adukan.
Mendaki bukit, memiliki perspektif tentang ketinggian atau yang sering kita sebut sebagai puncak. Meminjam istilah Frederic Nietzsche (Filsuf) dia mengatakan bahwa “kalau ingin sampai di puncak mendakilah, jangan direnungi”. Kalimat ini bisa diartikulasikan bahwa sesuatu yang ingin dicapai butuh proses yang berat dan panjang untuk sampai di tujuan yang ingin kita capai.
Jadi meniti kerikil, mendaki bukit dalam perspektif sosial bukanlah hal yang mudah sebab dua hal ini mengandung makna semiotik. Keduanya butuh energi dan kecermatan untuk sampai di titik finish yang kita inginkan. Sekalipun dua diksi ini memiliki jalan yang terjal, berliku serta penuh tantangan, namun tetap yang terpenting adalah bagaimana menikmati prosesnya: “bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil”.