Dr. H. Syamsu Madyan, Lc, MA
(Dosen Pascasarjana Universitas Islam Malang dan
Founder Haraka Institute Kota Batu Malang)
Lebih dari sekadar karya akademik, buku ini menawarkan panduan aplikatif melalui konsep Pendidikan Islam Multikultural dan Pendidikan Karakter Bangsa yang terintegrasi, diperkuat dengan studi kasus empiris dari Kalimantan Barat. Inilah kekuatan utama buku ini: mampu menjembatani gagasan normatif dengan realitas lapangan, serta memberi inspirasi bagi pendidik, akademisi dan pemerhati kebangsaan untuk merawat kebhinekaan secara berkelanjutan. Napas Damai Islam layak dibaca sebagai referensi strategis dalam membangun masyarakat berkeadaban yang menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan sumber perpecahan.
Prof. Dr. H. Dwi Surya Atmaja, MA
(Guru Besar Pemikiran Ekonomi Islam IAIN Pontianak)
Napas Damai Islam karya Sri Wahyuni mengamplifikasi pesan etimologis Islam. Bentuk maṣdar dari kata dasar aslama menyuarakan pesan yang bersifat Objective-based (berbasis tujuan) atau Goal-oriented (berorientasi tujuan). Dengan kata lain, identitas ke-Islam-an menuntut individu untuk menghadirkan salām bagi lingkungannya. Impact salām inilah yang menjadi pra-syarat bagi keriḍaan Ilāhy (wa raḍitu lakum l-islāma dīnan). Pada tataran epistemologis, al-Qur’ān menyodorkan lita’ārafū sebagai ideal pendekatan terhadap heterogenitas (syu’ūban wa qabāilan). Melalui pengenalan terhadap ‘urf (kebiasaan) yang bersifat kultural dengan instrumen sosiologis amr ma’rūf dan fastabiqū l-khairāt, pendidikan Islam menancapkan posisi dan peran kulturalnya. Iii tumbuh besar di Kalimantan Barat. Karenanya air mata tidak akan pernah mengering ketika sayatan luka konflik sosial Cina-Dayak (1967), Dayak-Madura (1997), hingga Melayu-Madura (1999) menghadirkan gambar dan narasi yang memilukan. Namun, pada saat yang sama, senyum selalu siap mengembang ketika fenomena multi-kultural menjadikan Setara Institute menobatkan Kota Singkawang Kalimantan Barat selama bertahun-tahun menjadi Kota Paling Harmonis di Indonesia. Dengan kata lain, penulis buku ini, Sri Wahyuni is fully armed, emotionally as well as intellectualy. She deserved it. Ia layak untuk membentang ide, menggagas formula dan mengeksekusi program Pendidikan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Multi-kulturalisme demi obsesi dan visi Napas Damai Islam dalam kehidupan nyata.
Prof. Dr. Ibrahim, MA
(Guru Besar Komunikasi Islam IAIN Pontianak dan
Ketua Forum Kerukunan Ummat Beragama Kalimantan Barat)
Napas Damai Islam, sebuah ikhtisar pemikiran dan konsep pundamental yang menempatkan Islam sebagai sumber rujukan yang menginspirasi bagi hadirnya kedamaian dan harmonisasi sebagaimana visi agama Rahmatan Lil’alamin. Dimana perbedaan dan keragaman hadir layaknya kombinasi yang menyempurnakan keindahan sang pelangi, atau alunan merdu suara petikan gitar sang musisi. Napas Damai Islam; sebuah tulisan yang layak dibaca dan keren dari seorang aktivis akademis. Selamat iii…
Prof. Dr. H. Zaenuddin Hudi Prasojo, MA.
(Guru Besar Studi Agama-agama IAIN Pontianak )
Buku keren di tangan anda ini diberi judul “Napas Damai Islam: Merawat Karakter di Bumi Multikultural”, sebuah judul yang memberikan getaran positif dan aura ilahi kepada siapa saja yang membacanya. Dengan semangat kontribusi akademik yang vital dan tepat waktu dari perspektif Studi Agama-agama, karena secara tegas menempatkan Agama Islam sebagai hakikat ‘Napas Damai’ (Rahmatan lil-‘alamin), buku ini menjadi ekspresi dari sebuah visi yang esensial dalam kerangka kerukunan global. Buku ini secara cerdas menguraikan bagaimana nilai-nilai universal Islam seperti keadilan, kemanusiaan, dan tasamuh (toleransi) dapat menjadi fondasi utama dalam penguatan Pendidikan Karakter di tengah masyarakat yang majemuk. Penulis menyuguhkan gagasannya dengan membingkai keberagaman bukan hanya sebagai ancaman, melainkan sebagai kekayaan yang sekaligus memberikan panduan praktis tentang bagaimana harmoni sejati dapat dicapai melalui karakter yang teguh dan dialog yang inklusif. Karya anak bangsa dari Bumi Khatulistiwa ini menjadi rujukan penting bagi siapa saja yang ingin memahami dan mempraktikkan bagaimana agama dapat menjadi pilar perdamaian dan perajut kebhinekaan dalam konteks Indonesia.