Pertengahan 2014 di sini belum seperti sekarang ini dan sebenarnya Aku benar-benar merindu pantai itu. Ketika memang tidak ada apa-apa dan siapa-siapa di sini. Hanya sepasang lansia yang menjadi raja dan ratu, dengan ratusan kera pengganggu, seekor lembu yang gemuk, dan tentunya Si Semut, anjing kampung hitam yang penurut. Sekarang ini sudah berjubel bangunan dan mulai padat. Seakan terasa sesak dan susah bernapas, tidak lagi ngayom dan tenang seperti beberapa waktu silam. Persaingan dengan bumbu konflik batin dan adu mulut juga menjadi setting baru yang memuakkan di sini. Dulu itu semua tidak ada. Mbah Sawu, Simbok, dan kami bisa bebas bercengkerama, bercanda, menenggak teh pait yang diseduh dalam ceret hitam di tungku api dengan bara dari kayu.