Buku ini mengusung gagasan bahwa sastra Islam bukan hanya sebagai ekspresi estetis, tetapi bisa menjadi medium transformasi nilai dalam masyarakat muslim di era digital. Dengan mengintegrasikan tiga ranah utama — nilai Pappij Eppu (yakni nilai-kearifan tradisi lokal/masyarakat, khususnya di Sulawesi Selatan), ajaran tasawuf (dimensi spiritual dan pembersihan jiwa dalam Islam) dan literasi humanis (kemampuan membaca dunia, kritis terhadap media, serta membangun kemanusiaan) — penulis menyajikan kerangka kerja “Sastra Islami Transformatif”.
Bagian pertama menjelaskan konsep nilai Pappij Eppu sebagai warisan budaya Sulawesi Selatan; bagaimana nilai-nilai gotong-royong, kebersamaan, saling menjaga dan kesederhanaan membentuk karakter sosial yang kuat. Bagian kedua menyoroti tasawuf sebagai dimensi batiniah yang mendukung insan muslim tidak hanya menjalankan ritual, tetapi memiliki kesadaran spiritual, introspeksi diri, dan keterhubungan dengan sesama dan alam.
Bagian ketiga mengaitkan literasi humanis di era digital: bagaimana generasi kini hidup dalam arus informasi, media sosial, tantangan hedonisme, serta bagaimana sastra dan nilai islami mampu menghadirkan kritik, refleksi, dan pembaruan sosial-spiritual.
Buku ini kemudian menunjukkan bagaimana ketiga ranah tersebut diintegrasikan melalui karya sastra — baik puisi, prosa, cerpen, atau narasi digital — yang menyuarakan nilai-nilai lokal (Pappij Eppu), spiritualitas tasawuf, dan literasi digital agar umat Islam mampu hidup bermakna dan adaptif di zaman teknologi. Penulis juga memberikan strategi pedagogis atau metodologis untuk pendidik, penulis, aktivis literasi maupun pembaca: bagaimana membumikan nilai-nilai tersebut, bagaimana mengembangkan komunitas literasi Islami yang humanis, serta bagaimana mengelola lanskap digital agar tidak hanya konsumtif, tetapi konstruktif dan transformatif.
Melalui gaya bahasa yang komunikatif, buku ini mengajak pembaca untuk menyadari bahwa sastra Islam transformatif bukan sekadar retorika keagamaan, melainkan gerakan budaya dan spiritual yang responsif terhadap tantangan zaman — menjembatani tradisi lokal dan inovasi digital, membumikan tasawuf dalam keseharian, serta memupuk literasi yang manusiawi.