Buku ini berisi sebuah penelitian yang bertujuan untuk menganalisa bahwa puisi Rabi‘ah al-‘Adawiyah sebagai karya sastra profetik yang bisa menjadi media dakwah juga mendeskripsikan pola Islam yang didakwahkan oleh Rabi‘ah al-Adawiyah dan relevansinya dengan masa kini. Metode penelitian yang digunakan dalam buku ini adalah kualitatif deskriptif dengan strategi teori semiotik Riffaterre pembacaan teks kesastraan yang bersifat heuristik dan hermeneutik.
Buku ini menggambarkan bahwa pada struktur batin puisi bertemakan tentang dimensi ketuhanan Ilahiyah (Hablum minallah) yakni mengekspresikan pesan moral tentang hubungan dekat manusia dengan Tuhan dan dimensi kemanusiaan Insaniyah (Hablum minan Naas) yang mengekspresikan hubungan antar manusia. Amanat dalam karya Rabi‘ah mengajak kepada kebaikan, mencegah kemungkaran sebagai cerminan beriman kepada Tuhan. Dan berisi etika profetik yang mencakup humanisasi, liberasi dan transendensi.
Penelitian dalam buku ini sejalan dengan pendapat George Santayana yang memahami sastra semacam agama (menawarkan sejumlah nilai) dalam bentuknya yang tidak jelas, tanpa ekspresi ritus. Kemudian Terry Eagleton yang mengatakan, sastra adalah ideologi, yaitu sekumpulan struktur yang tersembunyi yang berhubungan dengan struktur kuasa dalam masyarakat. Dan juga A. Teeuw, sastra ada dalam unsur-unsur yang memberikan warna dinamika sastra, yang salah satu unsur tersebut terwujud antara norma sastra dan norma sosio-budaya. Begitu juga dengan Kuntowijoyo yang menegaskan pentingnya karya sastra sebagai media penanaman nilai-nilai pencerahan.
Kata kunci: Sastra Profetik, Dakwah, Semiotik Riffaterre, Rabi‘ah al-‘Adawiyah