Di tengah gemuruh perjalanan hidup dan kota besar, terdapat pertemuan tak terduga antara dua jiwa yang berbeda: seorang pengusaha tua yang meranggas dan seorang individu yang tengah meniti perjalanan hidupnya. Kita diundang untuk menyaksikan perjalanan perbincangan yang mendalam antara mereka.
Kisah dimulai ketika seorang pengusaha sukses yang kini berusia senja, merasa dirinya seperti tetesan-tetesan waktu yang perlahan menguap. Dalam perjalanannya yang panjang, dia menemukan kesempatan untuk berdialog dengan seorang individu muda yang menghadapi tantangan hidupnya sendiri. Meski awalnya terlihat seperti pertemuan biasa, obrolan mereka segera mengarah pada refleksi mendalam tentang arti kehidupan, masa lalu, dan arah masa depan.
Sang pengusaha tua, yang penuh dengan pengalaman hidup dan kegagalan yang dia rasakan, mulai membuka diri dan membagikan kebijaksanaannya kepada pendengarnya yang penasaran. Sementara itu, individu muda tersebut, di tengah-tengah kebimbangan dan pencarian jati diri, menyerap setiap kata dengan penuh antusiasme dan ingin belajar.
Melalui percakapan yang penuh makna, mereka menyelami filosofi hidup, arti kesuksesan, dan keberanian menghadapi ketidakpastian. Di antara kata-kata yang terucap, mereka menemukan hubungan yang tak terduga, seperti dua orang pelaut yang bertemu di lautan luas kehidupan.
Namun, di balik kedalaman percakapan mereka, ada satu benang merah yang tak terelakkan: waktu. Seperti tetesan air yang terus jatuh, mereka menyadari bahwa hidup adalah serangkaian momen yang berharga yang harus dihargai sebelum lenyap begitu saja. Mereka belajar untuk menghadapi masa lalu mereka, menerima keadaan saat ini, dan memandang dengan penuh keyakinan ke masa depan yang belum terungkap.
Dalam “Tetesan Waktu”, pembaca diajak untuk mengalami perjalanan emosional dan introspektif yang menggugah hati, di mana setiap halaman mempersembahkan pelajaran baru tentang arti hidup dan bagaimana menghadapinya dengan keberanian.