Karya sastra memiliki kekuatan unik: ia mampu menghadirkan ruang perenungan yang lembut, empatik, dan penuh kemanusiaan—sebuah ruang yang sering kali tidak ditemukan dalam wacana keagamaan yang formal dan dogmatis. Sastra membuka peluang bagi setiap individu untuk menyelami pengalaman “yang lain”, memahami kompleksitas perbedaan, dan akhirnya menyadari bahwa keberagaman adalah bagian tak terpisahkan dari kebudayaan manusia.
Melalui pembacaan terhadap dua karya penting—Fi’rān Ummī Hiṣṣah karya Su’ud al-San’usi dari Kuwait dan Kambing dan Hujan karya Mahfud Ikhwan dari Indonesia—buku ini mencoba menelusuri bagaimana isu toleransi antaraliran dalam Islam dihadirkan melalui narasi, karakter, dan simbol-simbol budaya. Keduanya memperlihatkan wajah Islam yang majemuk: Sunni dan Syiah di satu sisi, NU dan Muhammadiyah di sisi lain. Namun di balik perbedaan itu, tersimpan pesan universal tentang kemanusiaan, kasih sayang, dan penghormatan terhadap pluralitas.
Buku ini tidak semata bertujuan akademik, tetapi juga sebagai ajakan reflektif agar kita semua menumbuhkan kembali kesadaran kultural akan pentingnya hidup berdampingan dalam perbedaan. Penulis berharap karya ini dapat menjadi jembatan kecil untuk memahami bagaimana sastra mampu berperan sebagai medium dialog lintas aliran, lintas tradisi, dan lintas kebudayaan.