Dalam daftar karakteristik konseling, mendengarkan menempati posisi yang paling penting sebagai suatu keterampilan rohani dan emosional yang menghidupkan percakapan. Lalu gereja dipanggil untuk menjadi sacred space -ruang sacral- di mana spiritualitas persahabatan (spiritual friendship) dan pendampingan rohani (spiritual direction) tumbuh. Di sanalah seseorang dapat membawa seluruh pergulatan hidupnya yang tergenting, ketakutannya yang terdalam, dan harapannya yang tersembunyi. Di GKPS Sion ide ini dibangun di dalam partonggoan parjumatanganan yang berdiri di atas pemahaman betapa pentingnya relasi yang baik serta ikatan emosional antara pelayan dan jemaat yang dilayaninya. Mendengarkan jemaat khususnya dalam basis keluarga. Sebab gereja atau bahkan bangsa yang kuat didasari pada keluarga-keluarga yang kuat. Berusaha hadir mendengarkan dengan hati, mendengarkan penuh empati. Dengan hati, para pelayan Tuhan akan mendengarkan apa yang tidak diucapkan oleh mulut dan dengan empati untuk melihat apa yang tidak dilihat oleh mata kepala.
“Buku ini tidak hanya memuat teori dan kerangka konseptual tentang pentingnya mendengarkan dalam konteks pelayanan gereja, namun juga merupakan dokumentasi praktik nyata dan pengalaman pelayanan yang telah dijalani oleh penulis. Melalui buku ini, gereja dan pelayan-pelayan di dalamnya akan semakin diteguhkan dalam panggilan untuk hadir sebagai pendengar yang setia dan menjadi telinga yang mampu menangkap suara hati umat Tuhan.” (St. DR. JR. Saragih, SH, MM, Tokoh Nasional, Bupati Simalungun 2010-2020, Tim Penasihat Presiden Bidang Pertahanan Keamanan)
“Tepat untuk menggerakkan para pelayan dan warga GKPS agar semakin menemukan kekuatan rohani yang ada padanya. Apalagi dengan tuntas penulis menjelaskan tentang mendengar dalam konteks orang Simalungun dan dari berbagai perspektif, sungguh semakin menambah wawasan bagi kita untuk dapat melayani warga Simalungun dan GKPS secara tepat.” (Pdt. John Christian Saragih, Ephorus GKPS)