Buku ini hadir untuk membuktikan bahwa karya sastra hadir tidak terlepas dari lingkungan yang melingkupinya karena karya sastra merupakan cerminan masyarakat pada zaman karya itu ditulis. Pernyataan ini didukung oleh Rahmat Djoko Pradopo, Rene Wellek, Austin Warren, bahwa dalam menggali sebuah karya sastra perlu digali aspek sosial, budaya, politik dan sejarahnya karena makna karya sastra tidak cukup ditentukan oleh unsur instrinsiknya saja melainkan disertai unsur ekstrinsiknya juga. Untuk menjelaskan hal tersebut, peneliti mengangkat persoalan mengenai perlawanan atas budaya patriarki Arab dalam sebuah antologi puisi yang ditulis oleh sastrawan fenomenal dari Suriah, yaitu Nizar Qabbani.
Penulis menemukan bahwa feminisme Nizar termasuk ke dalam feminisme moderat. Yang mana Nizar memandang bahwa kodrat perempuan dan laki-laki memang berbeda, yang dibuat sama adalah hak, kesempatan, dan perlakuan. Dunia Arab secara historis merupakan budaya yang didominasi oleh laki-laki, di mana laki-laki memiliki hak yang jauh lebih tinggi daripada perempuan. Akibatnya, kesetaraan di negara Arab sangat tidak seimbang. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketidaksetaraan gender di dunia Arab adalah budaya patriarki yang melekat pada masyarakat Arab. Puisi romantik Nizar dan unsur-unsurnya tetap dapat mempertahankan koherensi dan estetika puisi, baik bentuk maupun isi. Terlihat dari gaya bahasa Nizar yang menggunakan kata-kata sederhana namun memikat, meskipun tergolong puisi bebas tetapi Nizar tetap memperlihatkan keindahan dalam puisinya.