Pembacaan manusia terhadap begitu banyak tanda yang Allah hadirkan di hadapan manusia memberi sumbangsih luar biasa terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, kehangatan kehidupan sosial, dan bahkan pada kebermaknaan ritual keagamaan. Kehangatan kehidupan sosial dan kebermaknaan ritual keagamaan yang difasilitasi oleh pengembangan ilmu pengetahuan akan memberikan rasa damai yang mendalam kepada manusia sehingga pandangannya menjadi penuh kebaikan terhadap dirinya, orang lain, dan lingkungannya. Hidup menjadi ajang perlombaan kebajikan. Dan itu adalah cinta!
Tanda yang dibaca secara utuh dan menyeluruh akan melahirkan cinta. Dan “cintalah yang menerangi horizon kehidupan”, kata Sayyid Mujtaba Mushawwi Lari. Mesin cinta inilah yang memberi energi kepada Habibie untuk bergerak menabur dan menebar kebaikan. Membuat kehidupan menjadi lebih baik. Ah, alangkah sederhana namun syahdu Habibie memaknai cinta, seperti dikutip Eileen Rachman & Emilia Jakob (Kompas, 21/9/2019, h. 9) “cinta dapat kita artikan sebagai rasa (positif) yang ditimbulkan kepada pasangan, orang tua, sesama, lingkungan, hingga kepada bangsa dan negara”. Sebuah pemaknaan cinta yang amat luas jauh melampaui pengertianmu mungkin tentang cinta yang berseputar “pentil dan susu”.
Maka, buku ini mendedahkan hasil pembacaan penulis akan berbagai tanda cinta yang Allah hamparkan dan “dipapas” oleh penulis dalam kesehariannya. Dengan memanfaatkan dua potensi nikmat Allah yang built-in dalam diri setiap manusia: hati (qalbu) dan akal (pikiran). Cobalah resapi baris-baris kalimat dalam buku ini dan semoga hati anda terjernihkan dan akal anda tercerahkan sehingga mampu menangkap tanda cinta yang dibaca penulis dengan sudut baca yang sama dengan anda sekalian. Semoga!