Jember sering dikenal dengan karnaval, kopi, dan tembakaunya. Namun di balik citra itu, ada sejarah sosial yang lama tersembunyi: prostitusi dan lokalisasi. Topik yang tabu dibicarakan, kerap hanya beredar dalam bisik-bisik, tetapi meninggalkan jejak yang dalam bagi masyarakat.
Buku ini menyingkap perjalanan panjang Dusun Kaliputih di Kecamatan Rambipuji, sebuah ruang yang pernah ditetapkan sebagai lokalisasi resmi. Kehadirannya membawa dilema: antara kendali pemerintah, stigma yang menempel pada warga, dan dinamika ekonomi yang tumbuh di sekitarnya. Namun sejarah Kaliputih tidak berhenti di situ. Setelah penutupan dan bencana besar yang melanda, tempat ini perlahan berubah menjadi perumahan, yayasan, dan musala. Dari ruang yang dulu penuh stigma, lahir simbol harapan baru.
Lebih dari sekadar catatan sejarah lokal, buku ini adalah upaya menghadirkan kembali suara-suara yang terlupakan. Ia mengajak pembaca memahami prostitusi bukan hanya sebagai soal moral, tetapi juga sebagai fenomena sosial, politik, dan budaya yang membentuk wajah Jember. Inilah kisah tentang luka, keberanian, dan daya tahan masyarakat dalam menata ulang masa depan mereka.