Ada saatnya kita berhenti sejenak di tengah riuh dunia pendidikan yang serba cepat, lalu bertanya:
Apakah perpustakaan di sekolah kita benar-benar hidup? Ataukah ia hanya berdiri diam, menunggu murid yang tak lagi punya waktu untuk membaca?
Buku ini lahir dari sebuah perjalanan panjang-penelitian, refleksi, dan perjumpaan yang mengubah pandangan tentang makna teacher librarian. Dalam langkah-langkah kecil di lorong sekolah, di antara rak buku yang kadang berdebu, penulis menemukan denyut nadi baru pendidikan: sebuah sinergi antara guru dan pustakawan yang tidak hanya mengajarkan membaca, tetapi menumbuhkan cinta belajar yang bermakna.
Melalui Kenal Pustaka, kita diajak menelusuri kisah nyata bagaimana perpustakaan bukan lagi pelengkap bangunan sekolah, melainkan jantungnya. Dari “peletakan batu pertama” hingga “General Assembly”, dari ruang baca yang sunyi hingga tawa anak-anak yang menemukan dunia di balik halaman buku—setiap bab adalah potret hidup tentang bagaimana literasi bisa menjadi ruh pendidikan.
Dalam buku ini, Bunda Susan menghadirkan narasi yang hangat dan reflektif: tentang perjuangan guru yang perlahan berubah menjadi pustakawan sejati; tentang anak-anak yang menemukan kembali rasa ingin tahu; dan tentang sekolah yang akhirnya sadar, bahwa membaca bukan tugas akademik, melainkan ibadah pengetahuan.
Disajikan dengan bahasa yang lembut namun tajam maknanya, buku ini memadukan temuan riset lapangan dengan keindahan pengalaman kemanusiaan. Ia tidak hanya bercerita tentang apa itu program Kenal Pustaka, tetapi juga mengapa ia perlu dihidupkan di setiap sekolah Indonesia-sebagai kurikulum yang membentuk generasi pembelajar yang berjiwa utuh: berpikir, merasa, dan mencipta.