Buku ini menyajikan sebuah telaah menyeluruh dan reflektif atas hubungan antara manusia, alam semesta, dan wahyu Ilahi sebagaimana diabadikan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan pendekatan tematik dan ilmiah-populer, buku ini mengajak pembaca untuk merenungi bagaimana Al-Qur’an bukan hanya menjadi kitab petunjuk spiritual, tetapi juga memuat isyarat-isyarat kosmis, biologis, dan antropologis yang masih sangat relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Bab pertama membuka dengan “Rancang Bangun Bumi dan Kehidupan di Dalamnya”, membahas bagaimana Al-Qur’an menggambarkan penciptaan bumi secara terstruktur sebagai tempat tinggal yang aman dan layak huni bagi manusia. Penjelasan ini mengungkap keteraturan ekologis dan keterkaitan antara unsur-unsur bumi dengan kehidupan biologis di dalamnya.
Bab kedua, “Fenomena Langit dan Tata Semesta dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an”, mengeksplorasi kosmologi Qur’ani, dari langit berlapis-lapis hingga keteraturan orbit benda langit. Dalam bab ini dibahas bagaimana ayat-ayat tersebut mengisyaratkan hukum-hukum fisika yang baru dijelaskan oleh ilmu modern.
Selanjutnya, bab ketiga dan keempat menyajikan bahasan tentang waktu dan penanggalan. “Bayangan dan Putaran Waktu” menjelaskan bagaimana rotasi bumi menciptakan siang dan malam sebagai tanda harian, sementara “Fase Bulan dan Hisab dalam Tradisi Islam” membahas bagaimana bulan digunakan sebagai basis kalender dan ibadah umat Islam.
Bab kelima mengangkat tema dualitas dalam penciptaan: “Segala Sesuatu Diciptakan Berpasangan”. Di sini, dibahas bagaimana konsep pasangan (zawjain) mencakup tidak hanya jenis kelamin, tetapi juga hukum-hukum berpasangan dalam fisika dan biologis. Sementara itu, bab keenam dan ketujuh secara berurutan mendalami proses pertumbuhan tumbuhan dan keajaiban kehidupan botani sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Bab kedelapan hingga kesepuluh berfokus pada manusia. “Segalanya Diciptakan untuk Manusia” menyoroti bagaimana alam disiapkan sebagai sarana kehidupan manusia. Kemudian, “Manusia: Makhluk yang Paling Mulia” dan “Manusia: Makhluk Berakal, Bukan Produk Evolusi Acak” menggarisbawahi posisi istimewa manusia dalam ciptaan Allah, menolak pandangan materialistik bahwa manusia hanyalah hasil kebetulan evolusi.
Bab sebelas dan dua belas melanjutkan pembahasan tentang keistimewaan manusia melalui tema “Kesempurnaan Akal Manusia” dan “Keberagaman Manusia”, menegaskan bahwa perbedaan warna kulit, bahasa, dan budaya adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang patut dihargai dan dijaga dalam semangat persaudaraan.
Bab ketiga belas, “Waktu Tidur, Bangun, dan Sirkadian dalam Al-Qur’an”, memperlihatkan keselarasan antara pola biologis manusia dengan waktu-waktu yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an, memperkuat pemahaman tentang pentingnya hidup selaras dengan ritme alamiah.
Bab keempat belas, “Menyikapi Jejak Fir‘aun”, mengajak pembaca untuk menelusuri tanda kebesaran Allah melalui jasad Fir‘aun yang tetap utuh sebagai bukti sejarah dan peringatan abadi.
Bab kelima belas, “Relativitas Waktu”, menutup rangkaian isi dengan eksplorasi mendalam tentang konsep waktu dalam Al-Qur’an yang ternyata tidak absolut, sejalan dengan penemuan dalam fisika modern seperti teori relativitas.
Sebagai penutup, buku ini mengajak pembaca untuk memandang Al-Qur’an bukan hanya sebagai kitab petunjuk spiritual, tetapi juga sebagai sumber inspirasi untuk memahami alam dan manusia secara holistik. Melalui pembacaan ilmiah dan tafsir tematik, pembaca diundang untuk menghayati bahwa ilmu pengetahuan dan keimanan bukan dua hal yang terpisah, melainkan saling menguatkan dalam mencari kebenaran.