Sesuai namanya puisi Rolasan dalam bahasa Indonesia sama dengan dua belas. Puisi Rolasan berisi dua belas baris, terdiri dari empat baris pada bait pertama dimulai huruf A. Bait kedua juga empat baris diawali huruf Y. Sedang bait ketiga berisi tiga baris diakhiri huruf U dan bait keempat alias bait terakhir satu baris saja tetapi berupa kalimat senggakan atau sanggahan yang menjadi ciri karakter orang Tegal.
Rolasan sebagai aliran anyar sastra Tegalan, dimana dibatasi dua belas baris pola tuangnya 4-4-3-1. Belum lagi diksi-diksinya pun terbatas maka diperlukan kejelian dalam memilih diksi agar tidak terjadi pengulangan. Meskipun tidak terhindarkan kadang terjadi pengulangan tetapi sedapatkan mungkin dalam judul dan tema berbeda. Dari 46 puisi tidak saja menggunakan bahasa Tegalan, prokem Tegalan pun terselip bahasa lain juga bahasa asing untuk lebih memperkaya diksi sekaligus sekedar ‘bergaya’.
Untuk memperkaya nilai puisinya di buku ini sengaja di-isi beragam tema. Ada kuliner, destinasi wisata, babad, mitos dan pitutur. Terbagi dalam lima bab ada cerita-cerita legenda, dongeng dan mitos tidak saja diambil dari sumber lokal dan ini tentu paling banyak tetapi juga daerah lain di bumi Nusantara dan manca negara. Tujuannya untuk lebih memperkaya khazanah pembaca bahwa cerita legenda, dongeng, mitos dan lainnya dikreasi dalam wujud puisi. Bisa jadi lebih ngirit dari pada harus membaca buku sejarah, misalnya.
Sebagaimana judul bukunya Segara Lor tiada lain daerah pesisir Utara Jawa. Ternyata di sini menyimpan begitu banyak cerita-cerita tokoh baik pejuang maupun brandalan, legenda, dongeng dan mitos bertebaran yang patut digali lebih dalam. Semoga buku ini membuka mata dan menginspirasi pembaca. Supaya tidak penasaran silakan baca sampai tuntas !