Kehidupan dan perjalanannya tidak serumit tapi juga tidak segampang yang dialami. Kerumitan hidup dapat dirasakan oleh mereka yang merasa kosong dan hampa atas hidup yang dijalani, sehingga sejarah hidup ditoreh dengan hal-hal yang tidak sebenarnya harus diterima dan dilakukan. Salahkah seseorang jika ia berperilaku buruk karena kebutuhan hidup yang harus didapatkan dalam keluarga yang menghadirkannya didunia diabaikan, tidak diperhatikan sebagaimana layaknya, dan ditelantarkan atas nama keegoisan diri. Lalu apa yang sebenarnya tidak harus diperbuat akhirnya dilakukan dengan mengesampingkan nilai-nilai kehidupan atas nama kebutuhan yang disebut “kasih sayang”?
Itulah gambaran kehidupan broken home dari seorang anak manusia jika kehidupan yang rumit menariknya masuk ke keadaan yang ia sendiri menolak untuk hadir dalamnya. Remaja adalah salah satu kategori usia anak yang mau tidak mau akan merasakan dampaknya menjadi seorang dari keluarga broken home. Namun kedewasaan hidup dapat diraih, manakala salah satu orangtua bersedia peduli dengan pertumbuhan anak remajanya dengan ikut mengambil andil dalam menanam benih-benih kasih lewat pengayoman, kesederhanaan hidup, pengajaran kehidupan dan nilai-nilai rohani yang diharapkan pelan-pelan dapat memberi pengaruh positif bagi perkembangan kehidupan sang remaja tersebut. Walau tak dapat dipungkiri jika terdapat remaja yang hanya bisa menangisi keadaannya dan terus berharap ia disayangi dengan cara yang lembut, walau tidak dari salah satu orangtua kandung tapi dari keluarga yang merawatnya.
Hal yang dapat dibangun dalam diri remaja broken home adalah bagaimana agar remaja memiliki religiusitas yang didapatkan dari keluarga sebagai dasar bagi remaja dalam perjalanan hidup kedepan. Tidak saja itu, tapi juga bagaimana dapat membangun gratitude remaja broken home atas kerumitan hidup yang tidak segampang ia jalani. Dengan kedua hal ini, maka setidaknya dapat menolong remaja untuk bisa menerima keadaannya melalui pengenalan yang mendalam akan Tuhan untuk dapat mendorong remaja mampu bersyukur atas hidup yang dijalani. Karena hanya dengan memiliki religiusitas dan gratitude, maka remaja broken home dapat mengatasi kesulitan hidup, distress yang rendah, sehat secara fisik dan mental, kepuasan hidup, kebahagiaan, dan kesejahteraan hidup. Terbesit adanya harapannya bahwa setiap orangtua dapat memahami kehidupan anaknya sehingga mampu bertindak dengan baik dan hati-hati dalam menjaga kebahagiaan sang anak agar terus terpelihara secara baik dan indah.
Adakah religiusitas dan gratitude menjadi gambaran remaja Kristen broken home di Kelurahan Fatululi, Kota Kupang? Buku ini akan mengulas bagaimana gambaran religiusitas dan gratitude remaja Kristen brokem home untuk dipahami oleh pembaca.