Pendidikan: Antara Mimpi dan Ironi
Sekolah seharusnya menjadi tempat belajar, tetapi mengapa lebih sering terasa seperti penjara?
Guru katanya pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi mengapa justru terkekang birokrasi dan administratif?
Murid digadang-gadang sebagai generasi emas, tetapi mengapa kreativitas dan pikirannya dipaksa seragam?
Ujian disebut sebagai alat evaluasi, tetapi mengapa lebih sering terasa seperti vonis tanpa keadilan?
Buku ini bukan sekadar kumpulan puisi, melainkan suara yang telah lama terpendam.
Dalam satire yang tajam dan lirih, tiap baitnya menggambarkan kegelisahan mereka yang hidup dalam sistem pendidikan yang absurd.
Di balik aturan dan kebijakan yang dibuat atas nama kemajuan, ada guru yang kehilangan daya, ada murid yang kehilangan arah, dan ada pemerintah yang—entah lupa atau sengaja—menutup mata.
Jika pendidikan adalah pintu menuju masa depan, apakah kita benar-benar membukanya, atau justru menguncinya dengan kepentingan segelintir orang?