Kemahsyuran Kerajaan Samudera Pasai Darussalam pada masa kegemilangannya, telah meninggalkan kenangan sejarah yang amat membekas dan selalu menjadi perbincangan di kalangan tokoh masyarakat, termasuk akademisi, ulama, dan pemerintah. Peninggalan sejarah Kerajaan ini yang berkedudukan di Kabupaten Aceh Utara telah menjadi memori kolektif bagi setiap masyarakat baik di Aceh, Nusantara maupun di Asia Tenggara.
Dalam kaitan ini sejahrawan terkemuka Amerika, Frederik J. Teggart menulis pada tahun 1925 bahwa penulisan sejarah tidak hanya telah membangkitkan rakyat terhadap kesadaran nasionalitas, tetapi juga telah dengan tepat menunjukkan langkah-langkah untuk mendorong harapan-harapan untuk masa depan. Naratif sejarah, katanya, telah mengangkat ingatan-ingatan tentang kemajuan-kemajuan yang telah dicapai masa lampau, dengan harapan-harapan dan aspirasi-aspirasi bagi kebesaran nasional dimasa yang akan datang.
Dihadapan kita terbuka sebuah buku dengan judul Malikussaleh Mutiara Dari Pasai, sebuah untaian buku yang menjelaskan kejayaan dan kebesaran Kerajaan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam pertama di bumi Nusantara dan di Asia Tenggara yang berkembang dan memainkan peranan penting dalam pengembangan agama Islam. Sumbangan Islam Samudera Pasai Darussalam tidak terlepas dari dasar-dasar yang telah diletakkan oleh Sultan pertama dan pendiri Kerajaan Islam Samudera Pasai Darussalam. Patut dicatat bahwa Sultan Malikussaleh menggunakan gelar Sultan untuk pertama kalinya di Nusantara. Kita ketahui sebutan Raja sebagai kepala pemerintahan yang tertinggi pada kerajaan-kerajaan Islam pada masa itu masih memakai nama-nama atau sebutan-sebutan seperti lazimnya pada masa itu masi memakai nama-nama atau sebutan-sebutan seperti lazimnya untuk para raja sebelum berdirinya Kerajaan Islam. Malikussaleh, telah menunjukkan suri tauladan sebagai seorang pemimpin yang telah memberikan contoh akhlak yang baik sesuai dengan ajaran Islam dan telah bersikap adil didalam memerintah sesuai landasan iman dan taqwa terhadap Allah SWT.
Akhirukalam, marilah kita sambut buku ini sebagai bagian dari teks-teks yang telah ada sebelumnya dan memeriahkan wawasan kita terhadap Aceh yang banyak sekali butir-butir pengalaman masa lampau yang dapat diambil manfaatnya untuk dijadikan pedoman bagi langkah-langkah masa kini dan masa yang akan datang