Naik Dango (Landak, Mempawah, Kubu Raya) 2025 merupakan sebuah karya dokumentatif dan reflektif yang menggali tradisi Naik Dango—ritual panen suku Dayak Kanayatn di Kalimantan Barat. Ditulis oleh Aan Andreas, Wanda Giovani, dan Efrika Siboro, yang disunting oleh Samuel, buku “Naik Dango” ini adalah upaya untuk mencatat jalan perayaan adat di tiga kabupaten utama termasuk di dalamnya menelisik filosofi, bahasa, dan nilai kearifan lokal yang mulai tergerus arus zaman.
Melalui narasi yang personal ditambah dengan narasi empati, buku ‘Naik Dango’ ini menyerukan keutamaan untuk menjaga akar identitas di tengah derasnya pengaruh budaya luar dan kemajuan teknologi. Buku ini juga menghadirkan suara-suara yang perlahan memudar: sapaan ‘basa’ (saapaan) moral, irama gong, dan syair doa mengiringi langkah hidup masyarakat Dayak. Naik Dango, dalam buku ini, bukan semata festival, tetapi perwujudan spiritualitas, rasa syukur, dan hubungan harmonis dengan alam serta leluhur.
Lebih dari sekadar catatan budaya, Naik Dango juga jembatan antara generasi yang mengajak pembaca—terutama generasi muda—untuk berhenti sejenak, ‘menengok’ ke akar, dan bertanya: dari mana kita berasal, dan warisan apa yang patut kita jaga? Ditulis dengan cinta yang berbalut penghayatan, dengan harapan menjadi lilin kecil untuk menerangi jalan pulang ke dalam diri dan budaya sendiri.