Ia hanya plonga plongo; fokus pada isi celana fb
“Ini baru aroma kopi, selamat menikmati puisi kapal api “
*
Benar saja, seperti petuah “Rumi”
Bahwa tidak semua yang berwajah manusia adalah manusia
Seringkali mereka adalah orang-orang yang kita tuakan budinya
Hingga kerapkali memakan bangkai saudaranya sendiri.
*
Pak,
Aku tahu, kau diam-diam mengintip mata ibu
Serta sepasang sungai yang tumpah di pipinya
Aku tahu, semalam adalah tanganmu
Menjelma sebagai angin dan diam-diam mengusap rambutku
*
Aku masih mengingat dengan benar
Wangi pandan dan parende yang ditanak dari tungku kayu
*
Kita akan habis di habisi waktu.
Sampai kapan kita disini, terlelap dengan kisah-kisah leluhur.
Tanpa pernah tahu cara merawatnya.
*
Semoga oligarki tetap sembelit, pecah kongsi
Sampai buah reformasi di cerna Mahkamah Konstipasi