Buku ini berjudul Zending Serdang Pasca-Kolonial (1950–2025). Litbang GKPS terinspirasi meneliti dan menulis buku ini berdasarkan semangat dan keberanian para pendahulu GKPS menetapkan “Plan 10 Tahun Zending Serdang 1950-1960”. Dikatakan berani, karena pada era 1950-an, SDM GKPS masih terbatas: hanya ada 4 pendeta yaitu Pdt. Jaulung Wismar Saragih (ditahbis tahun 1929), Pdt. Kerpanius Purba (1936), Pdt. Andaraya Wilmar Saragih (1941) dan Pdt, Jenus Purba Siboro (1949), secara finansial sangat kekurangan, infrastruktur ke desa-desa pedalaman tidak mendukung, fasilitas tidak ada, terjadi kerusuhan di berbagai daerah, struktur, sistem, dan tata administrasi gerejawi belum dirancang rapi, serta ditambah lagi kepercayaan lokal (parbegu) cenderung manjadi penghambat utama. Meski demikian, para pendahulu GKPS tetap optimis, dalam 10 tahun Serdang harus telah menerima Injil.
Sejarah dan pergulatan dalam masa 10 tahun ini (1950-1960) menggambarkan bahwa gereja dan Injil dapat berkembang walau dalam kekurangan, keterbatasan dan kesederhanaan. Sejarah ini menunjukkan bahwa persebaran Injil tidak bergantung pada besarnya anggaran, banyaknya personalia, fasilitas dan infrastruktur yang baik serta aturan, struktur dan sistem yang sempurna. Sejarah Zending ke Serdang adalah fakta bahwa Injil meluas karena spiritualitas pendahulu GKPS yang militan menghidupi dan mengabarkan Injil.
Dalam buku ini pembaca akan menemukan bagaimana latar belakang sejarah zending ke Serdang, kondisi hidup dan geografis orang Simalungun di Serdang, pertobatan para datu bolon menjadi evangelis, dan kisah inspiratif para tokoh penting pelaku sejarah yang kini terlupakan. Secara teologis buku ini juga menguraikan alasan mengapa zending ke Serdang berhasil dengan memuaskan. Ada tiga model teologi yang diperdalam sebagai tindak lanjut rekonstruktif penggalian sejarah zending Serdang di buku ini yaitu: Teologi Parguruan, Teologi Parjumatanganan dan Teologi Pangarahon. Ketiga teologi ini telah menjadi karakter teologis GKPS dan terbukti efektif memberdayakan masyarakat awam menjadi penginjil berbakat.